Rabu, 05 Januari 2011

Dajjal dan Ahli Kitab



Dajal berasal dari kata dajala yang artinya 'tertutup oleh sesuatu, pembohong, penipu'.
Sehingga kata dajala tersebut dapat ditafsirkan ke dalam beberapa pengertian tentang sifat manusia, sebagai berikut:

a. Orang yang tertutup mata hatinya dari kebenaran. Atau mereka yang berupaya untuk menghilangkan kebenaran dan menguasai orang lain dengan kepalsuan yang ditawarkan dengan penuh tipu muslihat dan kebohongan.

b. Apabila "Dajal" ditafsirkan sebagai manusia atau bangsa yang bertujuan ingin menghapuskan kebenaran dan menawarkan konsep-konsep pemikirannya yang penuh kepalsuan, maka siapa lagi yang paling pantas untuk menyandangnya, kecuali Ahli Kitab yang telah menyisipkan berbagai ajaran palsu yang diakuinya sebagai firman Tuhan. Padahal, itu hanyalah sebuah angan-angan belaka, hal ini sebagaimana firman-Nya:

"... dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab: Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu...." (an-Nisa': 123).

Al-Qur'an telah melakukan penilaian sangat tepat dan akurat terhadap sifat-sifat sebagian dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani).

Sebagian dari mereka terus berusaha dari waktu ke waktu untuk mengajak orang-orang yang beriman agar menjadi kafir. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

"Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu; padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri...." (Ali Imran: 69).

Mereka mencoba memalsukan berbagai keterangan, membuat dongeng, dan khayalan sehingga mengguncangkan hati manusia. Seakan-akan, dongeng itu datangnya dari Tuhan, padahal benar-benar hanyalah sebuah karangan, sesuai dengan tradisi kaum Yahudi yang sangat gemar membuat dongeng dan nyanyian sebagai akibat terbelenggu oleh kekuasaan Roma yang beragama Pagan (musyrik, sinkretisme, dan pantheisme).

Mereka pun masih terobsesi oleh keyakinan sebagai "bangsa pilihan" yang harus menguasai dunia dan membangun kembali menara Babil serta The Temple of Solomon (kejayaan Sulaiman).

Al-Qur'an mengungkapkan sifat para Ahli Kitab Yahudi tersebut sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya diantara mereka itu ada satu golongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab supaya kamu mengira itu sebagian dari Alkitab, padahal ia bukan dari Alkitab dan mereka mengatakan, 'Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah', padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran: 78).

Penyisipan serta berbagai kontradiksi mewarnai Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga Al-Qur'an memberikan koreksi terhadap kaum Yahudi agar mereka kembali kepada ajaran Taurat dan Injil, yang sebenarnya telah dirangkum dalam Al-Qur'an.

Sebagaimana kita ketahui bahwa obsesi kaum Yahudi untuk menguasai empat penjuru bumi: utara, selatan, timur, dan barat (lambang angka 13 = 1+3 = 4) dan merindukan "tanah yang dijanjikan" (Ezrat Yisrail atau zion) telah berlangsung ratusan tahun dan direncanakan dengan rapi melalui berbagai gerakan dan ideologi, seperti Iluminasi dan freemason.

Mereka merasa bahwa dengan rencana-rencananya tersebut akan diperoleh keuntungan atau hasil yang besar. Dalam hal ini, Allah SWT mengecam perbuatan mereka:

"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri; lalu mengatakannya: 'Ini dari Allah' (dengan maksud), untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu…" (al-Baqarah: 79)

Gerakan konspirasi rahasia zionis, yaitu Iluminasi dan freemason mencoba membuat tafsiran-tafsiran rasional dan kontroversial untuk melemahkan orang-orang yang beriman. Upaya kaum Iluminasi dan freemason untuk mengubah Alkitab dan membuat penafsiran yang bersifat mistik telah disinyalir dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:

"Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya..." (an-Nisa': 46).

Semua ambisi kaum zionis tersebut, tidak lain mereka lakukan untuk menguasai dunia, yaitu untuk membentuk "satu dunia baru" (novus ordo seclorum): satu dunia, satu pemerintahan, satu agama, satu kewarganegaraan. Hal itu dimaksudkan untuk mewujudkan dan menjadikan umat manusia agar mengingkari Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah:

"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman...." (al-Baqarah: 109).

Pada zaman dahulu, para pengikut Dajal mengubah dan menempatkan kalimat-kalimat palsu dalam Alkitab, yaitu berupa dongeng dan pemujaan terhadap dewa atau Tuhan palsu. Pada zaman modern ini, dongeng mereka tentu saja disesuaikan dengan cara berpikir dan kondisi yang ada.

Dengan segala caranya, mereka mengepung umat manusia dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membentuk opini serta image simpatik kepada gerakan yang mereka kampanyekan, sehingga lambat-laun umat manusia terperangkap ke dalam strategi kaum zionis yang ingin menguasainya. Itulah sebabnya, mereka tidak pernah akan senang bila umat Islam bersatu atau berjaya.

Mereka bersatu-padu dengan kroni-kroninya, kaum kafir dan musyrik untuk menghancurkan ajaran Islam dan umatnya dari muka bumi:

"Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu..." (al-Baqarah: 105).

Firman Allah pasti benar dan tidak mungkin digugat atau ditafsirkan lain, kecuali berpihak kepada kebenaran. Demikian pula, posisi umat Islam dalam menghadapi "perang global" yang didukung oleh orang-orang Yahudi dan kaum kafir, maka itu harus dilawan dengan tindakan yang bersifat simultan dan total, sebagaimana firman-Nya:

"Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah: 208).

Kaum zionis yang menghalalkan dan membiayai usahanya dengan segala cara, benar- benar telah buta mata hatinya walaupun akal pikirannya sangat cerdas sekalipun. Mata hati untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya sebagai kebenaran telah tertutup (dajala) dan begitu pula dengan akalnya. Dan pikirannya pun telah dikuasai hawa nafsu setan. Bahkan, saat ini begitu semarak penyembahan terhadap setan yang diyakininya akan menyelamatkan umat manusia.

Hal ini dikarenakan ajaran palsu yang mereka sisipkan dalam Alkitab bahwa setan dan para pengiringnya adalah "malaikat yang diutus" (the fallen angels) yang akan menguasai dan menjelajahi bumi. Kemudian mereka menampakkan wujudnya dalam bentuk binatang, naga, ular; bahkan wujud manusia bermata satu yang dikeningnya bertuliskan "666", yang kemudian akan dibunuh oleh Yesus setelah turun dari langit.

Lalu ia tinggal di bumi untuk membangun "kerajaan tuhan" selama seribu tahun, sebelum datangnya hari kiamat yang diawali dengan pertempuran dahsyat antara Yesus dengan Dajal tersebut (The Armageddon).

Apabila kita melihat kisah-kisah dongeng, sebagaimana dikisahkan dalam Injil Perjanjian Baru Wahyu 12 sampai 13.

Sesungguhnya, hal itu ada semacam kemiripan, yang diduga adanya penyisipan hadits yang dimasukkan oleh Ka'ab al-Ahbar (mantan rabbi Yahudi yang kemudian memeluk Islam) yang kemudian membuat guncang hati manusia, kecuali orang-orang yang beriman. Padahal, upaya mereka tersebut hanyalah sebuah tipuan dan upaya untuk mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan sebagaimana firman Allah:

"Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur-adukkan yang hak dengan yang batil dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?" (Ali Imran: 71)

Sumber: Dajjal dan Simbol Setan, Drs. H. Toto Tasmara, Penerbit: Gema Insani Press        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar