Senin, 03 Januari 2011

Apakah perkataan para Imam terdahulu dan kemudian tentang Rafidhah (Syi'ah)?



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah berkata:
"Dan sungguh telah sepakat ahli ilmu dalam bidang naql, riwayat dan sanad, bahwasanya Rafidhah adalah yang paling pendusta dari kalangan kelompok-kelompok (yang sesat), berbohong terdapat dalam diri mereka sudah sejak lama, oleh karena inilah para imam-imam Islam menggelarkan keistimewaan mereka dengan sering (banyak) berdusta.
Asyhab bin Abdul Aziz telah berkata :
Imam Malik telah ditanya tentang Rafidhah, maka beliau menjawab :
Janganlah kamu berbicara dengan mereka, dan janganlah mengambil riwayat dari mereka, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berdusta (pembohong).
Dan berkata Imam Malik : orang yang mecaci maki para sahabat Rasulullah, maka ia tidak berhak mendapatkan nama, atau tempat di dalam Islam.
Berkata Ibnu Katsir di dalam firman Allah :
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min)". (Al Fath: 29).
"Dari ayat ini, maka Imam Malik menyimpulkan di dalam satu riwayat darinya, dengan mengkafirkan orang-orang rafidhah dimana mereka membenci para sahabat, beliau berkata : "Karena para sahabat menjengkelkan hati mereka (orang-orang rafidhah), siapa yang dijengkeli oleh para sahabat maka ia adalah kafir oleh ayat ini".
Al Qarthubi telah berkata :
"Sungguh Imam Malik telah berbuat baik dalam ucapannya dan ia telah benar dalam menafsirkannya, maka siapa mencela seorang saja dari mereka atau mencela riwayatnya maka ia sungguh telah membantah Allah Rabb semesta alam, dan telah menggugurkan syari'at-syari'at kaum muslimin."
(Ushul Madzhab As Syi'ah Al Imamiyah Al Itsna Asyara, oleh Dr. Nashir AL Qafaari, (3/1250).)

Abu Hatim telah berkata :
" Telah menceritakan kepada kami Harmalah, ia berkata : Saya telah mendengar Imam Syafi'i berkata : "Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih mudah bersaksi dengan kepalsuan daripada Rafidhah".
Muammil bin Ahab telah berkata :
"Saya telah mendengar Yazid bin Harun berkata : "Ditulis (riwayat hadits) dari setiap pelaku bid'ah bila tidak mengajak ke bid'ahnya, kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka itu pendusta."
Dan Muhammad bin Sa'ad Al Ashbahaani telah berkata :
"Saya telah mendengar syaikh Syuraik berkata : "Ambillah ilmu itu dari setiap orang yang kamu jumpai kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka membuat-buat (memalsukan) hadits, dan mereka menjadikan hal itu sebagai agama".
 Syuraik ini adalah Syuraik bin Abdullah Qodhi (hakim) kota Kufah.

Mu'awiyah telah berkata :
"Saya telah mendengar Al 'Amasy berkata :
Saya menjumpai sekelompok manusia, dan mereka tidaklah menyebutkan tentang mereka (rafidhah) kecuali (digolongkan kepada) orang-orang sangat pembohong", maksudnya (mereka pembohong itu) adalah pengikut Al Mughirah bin Sa'id yang bermadzhab rafidhah lagi pendusta, seperti yang disifati oleh imam Adz Dzahabi.
(Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/59-60).)

Syaikhul Islam telah berkata dalam mengomentari apa yang dikatakan oleh para imam salaf :
"Dan adapun Rafidhah asal usul bid'ah mereka diambil dari Zindiq dan kufur serta unsur kesengajaan, kebohongan banyak sekali di tengah-tengah mereka, dan mereka mengakui hal itu, dengan mengatakan : Agama kita adalah Taqiyah, yaitu salah seorang dari mereka mengucapkan dengan lidahnya berbeda dengan apa yang ada di hatinya. Dan inilah hakikat kebohongan dan kemunafikan, maka mereka dalam hal itu sebagaimana pepadah : "Ia telah melemparku dengan penyakitnya lalu ia lari".
(Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/68).)

Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal :
Saya telah bertanya kepada bapakku tentang Rafidhah, maka ia mengatakan : "Yaitu orang-orang yang mencaci maki atau mencela Abu Bakar dan Umar". Dan Imam Ahmad ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, maka ia menjawab : Doa'kanlah mereka berdua agar diberi rahmat, dan berlepas dirilah dari orang yang membenci mereka berdua".
(Al Masail dan Al Rasail Al Mawiyah 'An Imam Ahmad bin Hambal, oleh Abdul Ilah bin Sulaiman Al Ahmadi, (2/357).)






Al Khallal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata :
Saya telah bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad) tentang orang yang mencaci maki Abu Bakar dan Umar serta 'Aisyah, maka ia berkata : "Saya tidak memandangnya di dalam Islam (artinya orang yang mencaci itu telah keluar dari Islam -pent)
(As Sunnah oleh Khalal (3/493). Ini merupakan pernyataan yang jelas dari imam Ahmad dalam menghukum kafir orang Rafidhah.)

Al Khallal meriwayatkan, ia berkata :
Saya telah diberi tahu oleh Harb bin Ismail Al Karmaani, ia berkata :
Telah bercerita kapada kami Musa bin Harun bin Ziad, ia berkata :
saya telah mendengar Al Firyaabi sedangkan seorang laki-laki bertanya kepadanya tentang orang yang mencaci maki Abu Bakar, ia berkata : Kafir. Lalu ia berkata lagi, apakah disolatkan? Ia berkata: Tidak."

Ibnu Hazam telah berkata : tentang Rafidhah tatkala ia berdebat dengan orang Kristen, dan orang-orang memberikan kepadanya kitab-kitab Rafidhah untuk bantahan terhadapnya (Ibnu Hazam dan berkata) :
sesungguhnya Rafidhah bukanlah kaum muslimin, dan perkataan mereka bukanlah argumen terhadap agama, akan tetapi Rafidhah itu hanyalah suatu golongan, mulai terjadinya kira-kira dua puluh lima tahun setelah Nabi Wafat, dan permulaannya adalah merespon pangilan orang yang hampir masuk islam dari orang-orang yang dihina Allah. Rafidhah itu adalah kelompok yang berjalan diatas jalan ajaran Yahudi dan Nasrani dalam kebohongan dan kekufuran."
(Al Fashlu Fi Al Milal wa An Nihal, oleh Ibnu Hazam (2/78).)

Abu Zur'ah Ar Raazi berkata :
 "Bila kamu melihat seseorang yang mencaci salah seorang dari para sahabat Rasulullah, maka ketahuilah sesungguhnya dia itu Zindiq."
Lajnah Daimah Lil Ifta' (Lembaga tetap untuk Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia pernah ditanya dengan satu pertanyaan, dalam pertanyaan itu penanya mengatakan bahwa ia dan sekelompok teman bersamanya berada di perbatasan utara berdekatan dengan cek point negara Iraq.
Di sana ada sekelompok penduduk yang bermadzhab Al Ja'fariyah, dan diantara mereka (kelompok penanya) ada orang yang enggan untuk memakan sembelihan penduduk itu, dan diantara mereka ada yang makan, maka kami bertanya:
Apakah halal bagi kami untuk memakan sembelihan mereka, ketahuilah sesungguhnya mereka berdoa minta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta seluruh pemimpin-pemimpin mereka di dalam keadaan sulit dan keadaan lapang ?
Lalu Lajnah (lembaga) yang diketuai oleh Syaikh Abdul 'Aziz bin Abdullah bin Baz dan (anggota-anggotanya); Syaikh Abdul Razaq 'Afifi, Syaikh Abdullah bin Ghudayan, dan Syaikh Abdullah bin Qu'uud, semoga Allah memberi pahala kepada mereka semua.

Jawabannya:
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga dianugerahkan kepada rasul-Nya dan keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya, dan adapun selanjutnya:
Jika permasalahannya seperti yang disebutkan oleh penanya, bahwa sesungguhnya jamaah (kelompok) yang memiliki ajaran Ja'fariyah, mereka berdo'a dan meminta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta pemimpin-pemimpin mereka, maka mereka itu adalah orang-orang musyrik murtad, keluar dari agama Islam, semoga Allah melindungi kita dari itu, tidaklah halal memakan sembelihan mereka, karena sembelihan itu adalah bangkai, walaupun mereka menyebut nama Allah saat menyembelihnya."
(Fatwa Lajnah Daimah Lil Iftak, (2/264).)


Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin ditanya,
Pertanyaan itu berbunyi :
wahai syaikh yang mulia, di negeri kami terdapat seorang rafidhah (bermadzhab syi'ah rafidhah) bekerja sebagai tukang sembelih, maka ahlusunnah datang kepadanya untuk menyembelih sembelihan mereka, dan begitu juga sebagian rumah makan, bekerja sama dengan orang rafidhah ini, dan dengan rafidhah lainnya yang berprofesi sama, apakah hukumnya bertransaksi atau berkoneksi dengan orang rafidhah ini dan semisalnya? Apakah hukum sembelihannya, apakah sembelihannya halal atau haram, berikanlah kepada kami fatwa, semoga syaikh diberi pahala oleh Allah.

Beliau menjawab
Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh wa ba'du,
Tidaklah halal sembelihan orang rafidhah, dan juga memakan sembelihannya, sesungguhnya orang rafidhah pada umumnya adalah orang-orang musyrik, dimana mereka selalu menyeru Ali bin Abi Thalib di waktu sempit dan lapang, sampai di Arafah dan saat tawaf dan sa'i, mereka juga menyeru anak-anak beliau dan imam-imam mereka seperti yang sering kita dengar dari mereka, perbuatan ini adalah syirik akbar (paling besar) dan keluar dari agama Islam yang berhak dihukum mati atasnya.
Sebagaimana mereka sangat berlebih-lebihan dalam mensifati Ali, mereka mensifati beliau dengan sifat-sifat yang tidak layak kecuali hanya untuk Allah, sebagaimana kita mendengarnya dari mereka di Arafah, dan mereka disebabkan perbuatan itu telah murtad, yang mana mereka telah menjadikannya sebagai Rabb, Sang Pencipta, dan Yang mengatur Alam, Yang mengetahui ghaib, yang menguasai kemudaratan dan manfaat, dan semisal itu.
Dan sebagaimana mereka mencela Al Quran, mereka mendakwakan bawah para sahabat telah merubah, menghilangkan dari Al Quran ayat-ayat yang banyak berhubungan dengan Ahlu Bait dan musuh-musuh mereka, lalu mereka tidak berpedoman kepada Al Quran dan mereka tidak memandangnnya sebagai dalil dan argumen.
Sebagaimana mereka mencela pemuka-pemuka sahabat, seperti tiga orang khalifah rasyidin, dan selain mereka dari orang yang diberi kabar gembira jaminan masuk surga, para umul mukminin (istri-istri Rasulullah), para Sahabat yang terkenal, seperti Anas, Jabir, Abu Hurairah dan semisalnya, maka mereka tidak menerima hadits-hadits para sahabat tersebut, karena mereka itu orang kafir menurut dakwaan mereka, mereka tidak mengamalkan hadits-hadits dalam sohih Bukhari dan Muslim kecuali yang berasal dari Ahlu Bait.
Mereka bergantung dengan hadits-hadits palsu atau hadits-hadits yang di dalamnya tidak ada bukti atas apa yang mereka katakan. Akan tetapi walaupun demikian, mereka itu adalah bersikap munafik, maka mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada pada hati mereka (yang tidak mereka yakini), mereka menyembunyikan dalam diri mereka apa yang tidak mereka tampakkan kepadamu, mereka berkata : siapa tidak bersikap Taqiyah (nifaq) maka tidak ada agama baginya. Maka dakwaan mereka itu tidak bisa diterima dalam ukhwah persaudaraan, dan dakwaan mereka akan cinta syari'at... dan seterusnya. Sikap nifaq adalah merupakan akidah bagi mereka. Semoga Allah menjaga (kita) dari kejelekan mereka, semoga Allah menganugerahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarga beliau serta para sahabatnya.

(Fatwa ini keluar dari syeikh setelah dilontarkan kepada beliau suatu soal yang berhubungan dengan sikap bergaul dengan orang rafidhah pada tahun 1414 H, dan penyusun ingin menerangkan sekitar apa yang terdengar bahwa syeikh Abdullah Al Jibrin -semoga Allah melindunginya- beliau seorang yang mengkafirkan orang-orang Rafidhah, yang benarnya adalah bahwa para imam dari terdahulu sampai belakangan ini mengkafirkan kelompok ini, hal itu disebabkan karena hujjah telah ditegakkan kepada mereka, dan hilangnya uzur kebodohan dari mereka. (Insya Allah penerjemah akan membuat edisi khusus tentang perkataan ulama salaf terhadap rafidhah).)

Sumber: Diantara Aqidah Syi’ah, Menguak Kesesatan Aqidah Syi’ah, Penulis: Syaikh Abdullah bin Muhammad As-Salafi, Penerjemah: Muhammad Elvi Syams, Lc.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar